Kondisi ini tentu mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat. Di tengah situasi ini diharapkan tekad, iman dan harapan kita untuk bebas dari perbudakan firaun Indonesia tidak merosot.
Marilah kita memantapkan langkah kita dengan mengawali rekonsiliasi (bertobat, berdamai dan bersatu). Hanya dengan begitu kita akan keluar dari kemerosotan moral akhlak, kemerosotan iman dan kemerosotan ketidak-adilan dalam berbagai dimensi kehidupan serta ke luar dari ancaman kepunahan etnis Papua.
Tak ada pihak lain yg akan mengubah nasib hidup jika di dalam diri kita tak memiliki kemauan yg kuat untuk ke luar dari berbagai krisis yg melanda bangsa Papua. Tuhan Allah akan menolong kita apabila di dalam diri kita ada tekad, ada iman dan harapan yg teguh serta ada upaya untuk keluar dari berbagai krisis kemanusiaan ini. Badai ini pasti akan berlalu jika kita punya tekad yg kuat untuk berekonsiliasi total (bertobat, berdamai dan bersatu).
Yesus bersabda: "Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengar". Bagi yg tidak mendengar ada upahnya, dan bagi yg mendengar juga ada upahnya.
Silahkan kita memilih: mendengar dan melakukan, atau mendengar tetapi tidak melakukan. Waktu terus berputar. Kesempatan hari ini tak akan terulang kembali. Gunakanlah waktu ini sebaik mungkin sebelum terlambat.
Mau SELAMAT atau TIDAK, kita tentukan saat ini, bukan besok lusa. Karena kita tidak tahu apa yg akan terjadi di hari esok.
Ingatlah bahwa PENYESALAN selalu datang di kemudian hari.
Atas pertolongan Tuhan, PAPUA PASTI BISA.
Recent Comments